Rabu, 05 November 2008

Jangan Menyerah " Penjual Tempe "

Di Kendal, jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat ia lakukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya...". Demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe , dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan- ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk akan, dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi tempe .

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe . Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..."
Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe . Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung.

Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe . Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau maha tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe . Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku..."
Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe . Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut. "Keajaiban Tuhan akan datang... pasti," yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "tangan" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya.
Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe !" batinnya.

Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, aitmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk. Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar...merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukanpasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya
yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat...Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak
pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya??" Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe ..."
Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe ..." "Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, pembaca?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama.
Belum jadi! "Alhamdulillah! " pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?" "Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi,saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Ohh ya,
jadi semuanya berapa, Bu?" Pembaca, ini kisah yang biasa bukan? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan" Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. padahal, Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah sangat sempurna. Kisah sederhana yang menarik,
karena seringkali kita pun mengalami hal yg serupa. Di saat kita tidak memahami ada hikmah di balik semua skenario yg Allah SWT takdirkan.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui" (QS. Al Baqarah 216)

Imam al Ghazali : Carilah seribu satu alasan untuk tetap bersangka baik terhadap saudaramu sesama muslim

Baca Selengkapnya...

Hukum Pygmalion ( Berfikir Positif )

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam
memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu
menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.
Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala
sesuatu dari sudut yang baik. Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel.Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini." Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan
Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu". Ketika anak-anak mencuri apel di kebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah
merasa iba, "Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang
cukup di rumahnya." Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia

mencoba membayangkan hal-hal baik di balik perbuatan buruk orang lain.
Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus.
Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak
seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok
menarik. Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah,sebagus-bagusnya patung, itu cuma
patung, bukan isterimu."
Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu
ditatapnya dan dielusnya. Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan
menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada
Pygmalion,yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup
berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri
Yunani.
Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola Berpikir yang
positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya
betul-betul menjadi positif.
Misalnya, Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi
ramah terhadap kita. Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas,
akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat
merupakan separuh keberhasilan.
Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.
Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy. Atau ramalan
tergenapi, baik positif maupun negatif. Kalau kita menganggap pekerjaan kita tidak
menyenangkan, maka akhirnya pekerjaan tersebut betul-betul tidak menyenangkan. Kalau
kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali
kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.
Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang Baik tentang
suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola
pikir positif seperti itu. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-
duga yang jahat tentang orang lain.
Warna hidup memang tergantung dari warna kacamata yang kita pakai.
Kalau kita memakai kacamata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi
kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kacamata yang terang, segala sesuatu akan
tampak cerah.
Kacamata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga
dan dendam.Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.
Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik
tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir
baik tentang Tuhan. Orang yg berpikir positif selalu menjadi bagian dari solusi. Sebaliknya, mereka yg
berpikir negative selalu menjadi bagian dari masalah. Orang yg berpikir positif selalu melihat ada solusi di balik setiap masalah. Sebaliknya,
mereka yg berpikir negative selalu melihat masalah dari setiap solusi. Orang yg berpikir positif selalu berkata “memang sulit, tetapi mungkin untuk dilakukan”.
Sebaliknya, mereka yg berpikir negative selalu berkata “memang mungkin, tetapi terlalu
sulit untuk dilakukan”.
Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan
menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia
menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.
MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people
only…
HOW NICE …!!

Baca Selengkapnya...